Judul diatas bukan ide saya tapi merupakan judul sebuah buku
yang ditulis oleh bapak marah adil. Inti dari buku tersebut adalah jika kita
nunggu ikhlas dulu baru sedekah, lalu kapan kita bakalan sedekah ¾ bagian dari
gaji kita? Semua orang termasuk saya pasti bakal mikir berulang kali jika harus
bersedekah sebanyak itu. Jika kita bersedekah sebanyak itu meskipun tidak
ikhlas setidaknya itu bermanfaat untuk orang yang kita sedekahi. Bahkan mungkin
orang kita sedekahi akan mendoakan kita agar kita mendapat rezeki lebih dari
yang mereka terima. Subhanallah. Masalah ikhlas atau tidak itu urusan
belakangan, nanti juga terbiasa. Malah orang yang rajin bersedekah tidak pernah
membahas masalah ‘ikhlas’ lagi. Bahasan ‘ikhlas’ itu hanya untuk
orang-orang pemula. Kurang lebih begitu isi dari buku tersebut.
Jujur, saya memang bukan orang yang pandai bersedekah. Saya
kadang kalau bersedekah suka mikir-mikir dulu gitu, ‘nih orang pantas gak sih
dikasih sedekah?’. Kemana-mana saya selalu pergi menggunakan si hijau (baca :
angkot) atau bus damri. Namanya juga kendaraan umum sudah pasti disetiap lampu
stopan selalu ada penumpang semu yakni pengamen. Dilihat dari penampilannya
kelihatan banget mereka orang susah, baju lusuh, muka kucel, tidak terurus,
(kadang saya mikir mereka mandi gak tuh ya? Soalnya saya sering bertemu juga
dengan pengamen yang notabene dia itu seperti anak punk). Tapi ada juga sih
pengamen yang keurus itu, itu pasti mahasiswa. Dari lagu yang
dinyanyiinnya aja udah beda, biasanya mahasiswa nyanyiin lagu inggris2an gituh.
Pengamen asli biasanya nyanyi band-band tanah air seringnya melayu sih. Mereka
bernyanyi tidak lama sekitar 2-3 menit lah, lalu mereka mengulurkan tangannya
berharap para penumpang memberi sedekah. Dari 5 penumpang paling yang ngasih
Cuma 3 orang itupun uang recehan 500-an.
Ya, tidak semua penumpang mengeluarkan recehannya untuk
pengamen itu. Tergelitik hati dan pikiran saya, apa susahnya memberikan
pengamen itu 500 rupiah? Apakah itu menyebabkan kita jadi jatuh miskin?
Seandainya uang 500 rupiah kita jatuh apakah kita masih akan mencarinya dan
mengingat-ngingat ‘DIMANA UANG 500 RUPIAHKU’? itu baru 500 rupiah loh ya,
gimana kalau disuruh sedekah 500 ribu? Wah…sayang uangnya. Mending buat
ditabung aja (ok. itu pikiran saya). Saya pernah mendengar segelintir
orang berpendapat bahkan di buat papan pengumumannya semacam spanduk gitu, ‘
jangan beri pengemis uang. Memberi itu tidak mendidik’. Kemudian saya juga
pernah mendengar bahwa penghasilan pengemis/peminta-minta di Jakarta
penghasilannya sehari bisa mencapai 500 ribu. WOW FANTASTIS. Ditengah sulitnya
mencari pekerjaan, ternyata ‘mengemis/meminta uang dijalanan’ menjadi salah
satu sumber mencari nafkah. Lalu masih haruskan kita memberi uang receh kita
kepada mereka? Karena uang yang kita kasih itu ternyata membuat mereka menjadi
malas dan ketagihan meminta-minta.
JAWABAN SAYA IYA. Saya bukan ahli agama, pengetahuan agama
pun saya masih sangat kurang. Tapi menurut hemat saya, tidak ada
seorangpun yang ingin memiliki cita-cita sebagai orang yang meminta. Karena
keterbatasan keadaan, kemampuan, dll menyebabkan mereka memilih jalan tersebut
untuk mencari uang. Meskipun ada orang yang berhasil keluar dari linkarang
tersebut, tapi itu hanya sedikit. Allah telah menciptakan manusia sedemikian
rupa ada yang ditempatkan diatas dan ada juga yang ditempatkan di bawah. Jadi
seandainya kita memiliki harta yang berlebih kenapa tidak kita memberi? Saya
selalu berusaha untuk husnudzon kepada orang. Saya selalu menganggap bahwa
orang yang meminta itu pasti sedang membutuhkan. Toh kita juga tidak tahu kan
kesulitan apa yang sedang mereka alami, jadi jangan suudzon dulu sama orang
yang suka minta-minta siapa tahu mereka memang sedang membutuhkan. Seandainya
mereka memanfaatkan uang yang kita kasih ke hal yang tidak benar biarlah
itu menjadi urusan yang di atas. Tugas kita hanya memberi bukan untuk mengadili
karena karena itu urusan hakim di meja hijau. (hehehe...)
Dalam beberapa workshop wirausaha sukses yang saya ikuti dan
buku motivasi yang saya baca, selalu membahas masalah sedekah bahkan katanya
kalau sedekah itu jangan kebanyakan mikir dan jangan nanggung-nanggung. Karena
begitu dahsyatnya efek yang terjadi setelah sedekah. Bahkan dalam buku 7
keajaiban rezeki tertulis, jika kamu sakit bayarlah dengan sedekah, jika kamu
sedang sempit bayarlah dengan bersedekah niscaya akan dilapangkan. Dua tahun
yang lalu saya mendapat musibah tepat dibulan ramadhan, kemudian saya
menyedehkan bahan makanan pokok kepada 10 orang yang membutuhkan. Alhamdulillah
dalam waktu seminggu masalah saya selesai. itu saya pakai uang beasiswa yang
kebetulan juga baru cair. Tahun inipun rasanya ingin sekali bersedekah sebesar
itu lagi. tapi saya masih menjadi pengangguran yang tidak beruang huhu…ya allah
semoga ada jalan. Jsetelah membaca beberapa buku (baru dua sih) yang membahas
masalah sedekah rasanya ingin bersedekah terus. Meskipun tidak banyak, meskipun
bukan uang yang besar asal sering dan membentuk diri agar terbiasa. Jadi,
sudahkan anda sedekah hari ini?