Mungkin tulisan ini adalah akhir dari kisah
perjalanan saya sebagai fresh graduate karena sekarang saya telah menemukan apa
yang saya cari dan saya inginkan. Saat ini saya sudah diterima sebagai
interpreter di salah satu perusahaan Jepang di kawasan Jababeka II.
Apa yang saya dapatkan sekarang tidak lepas dari
ketegasan dan kebijakan saya dalam mengambil keputusan. Seperti yang telah saya
sampaikan di tulisan sebelumnya bahwa ketika mengikuti training call center
(CC) saya mendapat telepon untuk mengikuti interview. Karena jadwal training
dan interview perusahaan bentrok maka saya harus melepaskan salah satu. Saya
lebih rela melepaskan training CC dibanding harus melewatkan kesempatan
mengikuti interview sebagai interpreter di perusahaan jepang. Saya mengambil
keputusan ini dengan segala konsekuensinya. Maksudnya, lolos interview tentu
saja itu yang saya harapkan tapi jika kenyataan berkata lain, misalnya saya
tidak lolos maka secara otomatis saya kehilangan keduanya. Tidak hadir dalam
tahapan training itu sama artinya dengan mengundurkan diri. Belakangan saya
tahu bahwa gaji untuk CC garuda bahasa asing adalah 3 juta. Angka yang cukup
lumayan dibandingkan kabar gaji yang kami dengar sebelumnya. Tetapi hal
tersebut sama sekali tidak menggoyahkan keputusan saya untuk mengundurkan diri.
Dan hari interview pun tiba. Saya tiba di perusahaan
pukul 07.30. Saya datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Petugas
satpam memberitahu saya untuk menunggu di kantin dan memberikan lembar formulir
yang harus saya isi. Formulir tersebut berisi data-data yang harus saya isi
sama persis seperti CV dan beberapa pertanyaan yang sering diajukan saat
diinterview, salah satunya, “Berapa gaji yang anda inginkan?” maka saya
menuliskan “Rp 4.000.000.
Oh, iya! Pada saat sedang asyik mengisi formulir
seseorang menghampiri saya dan berkata, “Mbak, interview juga?” Rupanya yang
ikut interview sebagai interpreter tidak hanya saya. Ada juga orang lain
namanya Faizal, asal garut. Sedikit bercerita mengenai faizal san. Faizal ini
sebelumnya pernah bekerja di perusahaan jepang dan beliau juga pernah ke jepang
sebagai kenshuusei. Hanya saja dia bukan lulusan bahasa jepang namun dia pernah
mengikuti semacam pelatihan dan kursus bahasa jepang. Salah satu alasan saya
menulis gaji 4 juta karena faizal san memberitahu saya bahwa gaji seorang
interpreter yang memiliki seritifikat N2 memiliki kisaran gaji sekitar 9-16
juta. WOW, angka yang fantastis! Tapi apakah saya berhak mendapat gaji dengan
kisaran angka diatas? Saya rasa belum saatnya. Saya sendiri sadar akan
kemampuan bahasa jepang dan saya ini seorang fresh graduate. Itu berarti saya
belum memiliki pengetahuan bahasa jepang seperti apa yang digunakan di
perusahaan. Niat saya melamar pekerjaan adalah murni untuk mencari pengalaman
dan meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Menurut saya gaji besar itu hanyalah
masalah waktu. Toh, kalau memang sudah rezekinya tidak akan kemana. Hal yang
terpenting yang harus segera saya sadari adalah bekerja sebaik mungkin dan
tidak mengeluh atas pekerjaan yang saya dapatkan.
Setelah setengah jam menunggu, nama saya dipanggil
untuk interview. Belakangan saya tahu bahwa beliau bernama pak susanto.
Interview dengan pak susanto berjalan seperti
interview pada umumnya. Pak susanto menjelaskan bahwa tugas sebagai
interpreter tidak hanya menerjemahkan saja tetapi juga ikut terlibat dalam
produksi seperti mengurus dokumen dan sejenisnya. Selanjutnya, saya diinterview
oleh pak Hendi, beliau ini orang bandung. Beliau menjelaskan bahwa bagian
marketing juga membutuhkan interpreter. Ketika mendengar nama marketing maka
yang terbayang adalah menawarkan sejumlah produk kepada konsumen. Namun
marketing disini adalah marketing business to business. Jadi tugasnya tidak
bisa dikatakan sebagai interpreter tetapi lebih ke mengkomunikasikan permintaan
via email, telpon, teleconference dari pihak jepang ke seluruh staff yang
terkait lalu selanjutnya diadakan meeting.
Dan saya harus kembali menunggu untuk interview
selanjutnya karena sang interviewer belum datang. Ini adalah interview terakhir
yang harus saya jalani bisa dikatakan sebagai penentu apakah saya diterima di
perusahaan ini atau tidak. Setelah beberapa menit pak susanto menyuruh saya
untuk menunggu di lobby. Sekitar 5 menit menunggu, pak susanto menyuruh saya
untuk masuk ruangan dan disana saya harus menunggu lagi. Disela-sela menunggu
saya menyempatkan untuk berlatih bagaimana posisi duduk , bentuk bibir ketika
senyum, dll. Sebelumnya saya telah
belajar dari youtube mengenai interview dihadapan orang jepang. Tapi
kenyataannya apa yang saya pelajari tidak sama sekali tidak dipakai pada saat
interview.
Kemudian seseorang masuk dan tersenyum kepada saya.
Inilah interview terakhir yang membuat jantung saya berdetak seperti orang yang
lari marathon tapi saya berusaha bersikap tenang dan menyunggingkan senyuman
termanis saya. Beliau melihat formulir yang telah saya isi berikut CV yang saya
kirimkan via email yang telah dicetak. Lalu beliau meminta saya untuk berbicara
mengenai apapun tentang diri saya dalam waktu 3 menit. “Saya ingin mengetahui
kemampuan anda” katanya.
Sebenarnya saya agak bingung saya harus bicara apa. Semalam
pun saya tidak begitu mempersiapkan interview ini dengan matang. Dengan penuh
percaya diri mulai memperkenalkan diri saya dalam bahasa Jepang. Saya berbicara
mengenai apapun menyangkut diri saya termasuk pengalaman yang pernah saya alami
yang saya rasa bisa menambah poin plus pada jikoshoukai
(perkenalan) saya.
Saya menceritakan, dulu ketika kelas 3 SMA ada acara
festival kebudayaan jepang yang diadakan oleh dosen dari UPI. Namanya Juju
sensei. Di sana ada orang jepang yang bernama Yamamoto dari shizouka. Saya tahu
bahasa jepang saya pas-pasan malah bisa dibilang sangat kurang. Tapi saya ingin
sekali berbicara dalam bahasa jepang kepada orang jepang. Maka saya memutuskan
untuk bertanya kesan yamamoto san tentang subang, “Subang wa dou desuka”.
Kemudian dengan ramah, yamamoto san menjawab pertanyaan saya. begitu panjang.
Saya tidak mengerti apa yang beliau katakana namun dengan pedenya saya
menjawaba “sou desuka”. Padahal saya tidak mengerti apa yang beliau katakan.
Yagihashi san tampak antusias mendengar cerita saya bahkan beliau tertawa.
Selanjutnya saya bercerita bahwa saya suka belajar investasi. Nah, dari situ
obrolan kami semakin mengalir bahkan beliau mengatakan bahwa saya harus bekerja
di perusahaan ini, “anda potensial dan smart” dan anda LULUS.
Secepat itukah? Saya kira lulus tidaknya saya akan
diberitahukan oleh pihak HRD pada hari berikutnya. Begitu mendengar kata lulus,
saya mengucapkan terima kasih berkali-kali. Kemudian saya harus menemui pak
susanto kembali untuk membicarakan kontrak kerja berikut gaji dan tunjangannya.
Dan pada hari itu juga saya langsung medical check up, yang tentunya dibayar
oleh perusahaan.