Minggu, 29 Desember 2013

Ikan cue di akhir bulan


Uang di dompet sudah tak bersisa, hanya beberapa recehan seratus rupiah yang jumlahnya tak lebih dari 10 keping. Sore itu sepulang kerja, aku memutuskan untuk pergi ke ATM BNI sebentar. Letaknya tidak terlalu jauh, tapi bisa juga dikatakan dekat, dengan kendaraan mungkin bisa ditempuh dengan waktu sekitar 5 menit juga kurang dan ongkosnya hanya Rp 2000 untuk angkot, Rp 5000 untuk ojeg.

Tetapi sudah menjadi kebiasaanku, aku selalu menaiki trotoar setiap pulang kerja. Untung tidak hujan, jadi aku leluasa melangkahkan kakiku dengan irama jalan semauku. Meski begitu aku berjalan hati-hati, memilih jalan kering untuk aku injak, banyak sekali kubangan air yang kudapati hingga terkadang aku lengah dan akhirnya kakiku terjerembab juga ke kubangan itu, basahlah sepatu dan kakiku.

Entah kenapa sudah seminggu ini suasana hatiku gelisah tak menentu, aku tak tahu pasti penyebabnya (sebenarnya tahu, tapi malas rasanya menceritakannya disini. Lebih baik bilang tidak tahu agar tidak menjadi cerita yang panjang).  Aku berjalan melewati ruko-ruko yang berjejer di sepanjang jalan. Setiap melewati warung sate, para karyawannya selalu menyempatkan diri untuk sekedar menyapa “baru pulang teh? Mau dianterin ga?” , entah itu sapaan, genit genitan atau apalah namanya. Tapi aku selalu senang jika ada orang baru berusaha menyapaku. Dan aku selalu menjawab, “ya, ga usah” sambil tersenyum dan berlalu pergi.  
Sapaan dari para pelayan sewaktu pulang kerja menjadi warna tersendiri dalam hari-hariku.

Perjalanan dari kantor sampai ATM BNI memerlukan waktu sekitar 15-20 menit. Tiba disana buru-buru aku mengambil uang, takut hujan. Jam menunjukkan pukul 17.45. Akibat suasana hati yang tak menentu ternyata juga berpengaruh pada kondisi fisikku, lelah berjalan rasanya. Ingin pulang dengan angkot atau ojeg, tapi tak ada uang kecil.  Lalu mataku tertuju pada warung seafood di dekat ATM BNI. Tanpa ba-bi-bu lagi kakiku melesat berjalan kesana. Ku lihat daftar makanan, lalu ku pilih makanan yang belum pernah aku makan “ikan cue bakar”. Soalnya, waktu dikantor makan siang dengan lauk pauk ikan fatin, lalu temanku bilang “mendingan ikan cue dari pada ini”. dan kebetulan sekali nama ikan itu ada di daftar menu, jadi ku pilih saja.

Selesai memesan menu, aku duduk di salah satu meja. Duduk sendiri lebih tepatnya. Iri melihat orang lain dengan pasangannya bahkan pengunjung yang duduk di jajaranku paling ujung sebelah kanan, makan bersama pasangannya dihiasi lilin putih. Padahal ruangan sangat terang dengan lampu neon, sama sekali tidak gelap. Oh, mungkin ada tujuan lilin dari keberadaan lilin itu diatas meja, agar lalat tidak menempel ke makanan (sekali lagi ini mungkin). Lalu datang lagi pengunjung lain beserta teman-temannya, ada juga yang datang bersama keluarganya.

Aku hanya mengelus dada.

Makanan yang ditunggu pun datang. Ikan cue bakar berikut sambalnya, nasi, dan es teh tawar . aku langsung melahap habis makanan itu tanpa sisa kecuali tulang-tulang ikannya. Setelah makan selesai tibalah giliran dompet ku yang bertugas. Aku pergi ke kasir menanyakan total semua makanan, dan alangkah kagetnya diriku ketika aku mendengar angka yang disebutkan pelayan, “Rp 62.000, mbak!”

APAAAAA?

Mataku mengintip bill yang sedang dihitung ulang oleh pelayan. Dan melihat harga yang tertulis.
“harga ikan cue nya itu serius mas 52 ribu?”
“Iya mbak. Ikan cue emang segitu harganya.”
Aku pulang dengan perasaan lemas. Ini akhir bulan, rencananya uang yang aku ambil tadi jatah untuk seminggu ke depan sampai aku gajian tapi ternyata harus berakhir disini.

Mungkin lain kali, aku akan lebih teliti lagi sebelum makan. “BERTANYA HARGA TERLEBIH DAHULU BARU MAKAN” ini berlaku hanya di akhir bulan.

Sabtu, 28 Desember 2013

Minggu terkahir di 2013

Halo selamat pagi.

Minggu, 29 desember ini merupakan hari penghujung di sepanjang tahun 2013. Itu berarti minggu depan sudah tahun masuk tahun 2014. Waktu berlalu begitu cepat tanpa saya sadari bahkan waktu tidak pernah menunggu saya untuk bersedih, kecewa, senang, dia terus berjalan, mengalir bagai air. 

Maka dari itu, pagi ini merupakan pagi yang spesial bagi saya. sudah hampir 3 bulan tinggal di Cikarang tapi saya tak pernah olahraga pagi. Memang sudah diniatkan dari kemarin, pagi ini saya harus ikut senam pagi. Aktivitas di kantor dari senin sampai jumat memaksa saya untuk terus duduk terpaku di depan komputer, mematungi beberapa permintaan terjemahan dari seksi tertentu. Ya, sebenarnya jika disebut “seperti patung” tidak tepat  karena badan saya terus bergerak, bahasa sundanya “uyek-uyekan”. Berbagai posisi duduk sudah saya lakukan muai dari menyandar ke kursi layaknya orang berjemur di pantai, duduk dengan posisi punggung tegak, bahkan duduk dengan posisi tangan menempel ke meja dan menopang dagu. Terkadang saya melakukan olahraga kecil seperti bangkit dari tempat duduk sekedar meluruskan kaki, lalu membungkuk hingga wajahnya saya bertemu lutut sekedar meregangkan otot-otot yang tegang. Sedangkan untuk meregangkan otak yang urat-uratnya sudah tegang, saya biasanya buka twitter, facebook. Malah terkadang lebih banyak buka media sosialnya.

Itulah sekelumit aktivitas duduk dari rutinitas pekerjaan saya. Saya butuh yang namanya olahraga, waktu luang sudah ada sabtu minggu, niat sudah ada yakni dengan bertanya, “didaerah sini kalau mau olahraga dimana ya?”, tinggal action saja.

Saya jadi teringat status salah satu teman di facebook.
“Jika rencana dan strategi sudah disusun, langsung realisasikan saja. Jikalau pun di tengah jalan ada masalah, 
ya tinggal di sesuaikan saja tanpa harus membatalkan rencana awal.”

Maka jam 6 lebih 15 menit pagi tadi, saya memutuskan untuk pergi ke tropicana. Berdasarkan informasi dai teman, disana sering  diadakan senam bersama sekitar pukul 6.30. saya berjalan (terkadang berlari), dikiri kanan- depan belakang juga mulai terlihat orang-orang dengan kostum baju olahraganya berolahraga menurut versinya masing2. Ada yang ngobrol santai sambil lari, ada yang jalan santai dan ada juga yang bersepeda ria. Ah, saya iri sekali dengan orang-orang yang bersepeda ria itu. Saya juga ingin naik sepeda.

Saya berjalan (setengah berlari) mengikuti arah petunjuk bertulisan “tropikana”. Saya terus berjalan menyusuri jalan hingga menemuka plang “tropicana” yang kedua, “ah mungkin masih disebelah sana”, pikir saya begitu. , lalu saya tiba disebuah gerbang dengan tulisan JABABEKA BOTANICAL GARDEN” di sebuah batu ukir besar. Saya teringat mbak nati, teman sekantor yang sering menyebut kawasan ini. jadi ini toh tempatnya.

Tapi ketika tiba disana tepatnya pukul 7, saya tidak menemukan orang-orang yang senam pagi. Lalu saya memutuskan untuk bertanya pada akang-akang satpam berbaju biru dongker, dia bilang “ biasanya disini sih mbak e”. ya disana memang ramai orang yang berolahraga tapi tidak ada aktivitas senam seperti yang mbak mia  bilang. Mungkin belum dimulai saja, jadi saya pikir sebaiknya saya lari-lari kecil saja dulu sekitar satu 30 menit. Tempatnya sangat luas, terdiri dari ratusan hektar tanah dengan berbagai macam pohon di kiri kanan jalan, saya tidak tahu nama pohonnya apa, sepertinya pohon yang ditanam merupakan lambing JABABEKA. Mungkin lain kali akan saya tanyakn nama pohon ini. Disana banyak berkumpul keluarga, pasangan muda-mudi, yang sedang PDKT pun sepertinya ada. Berbagai macam olahraga juga dimainkan disana seperti bulu tangkis, sepak bola, voli, skipping, dan tentu saja yang main sepeda.  Ada juga yang datang kesana dengan tujuan yang berbeda, yakni dagang dan ngeceng (mungkin). Lelah berlari-lari (setengah jalan kaki) kemudian saya kembali ke tempat itu, ternyata tidak ada juga aktivitas senamnya. 

Akhirnya saya memutuskan untuk pulang.

Kamis, 12 Desember 2013

Malarindu

Seketika rasa rindu itu menyeruak, memadati setiap sudut dan celah hatiku membuat dadaku merasa sesak. Hingga akhirnya rindu itu memuncak, menjalar ke otak dan mendesaknya untuk melakukan sesuatu. Harus ku apakah ketika rindu ini datang bahkan menjajah segenap penjuru hati dan otakku. Seandainya, dia nyamuk akan segera kutepuk denga kedua telapak tanganku atau aku pakai saja oleskan saja lotion anti nyamuk. Bila perlu aku nyalakan obat anti nyamuk semacam baygon dsb agar rasa rindu itu terusir dengan berbagai jurus penolak yang aku pakai.

Sayangnya, rasa rindu itu tidak bisa diusir begitu saja bahkan diriku pun tak kuasa untuk mengusirnya. Aku pikir harus segera menemukan obatnya. satu- satunya obat yang paling mujarab adalah dengan menemukan si pencetus malarindu. Tapi pertanyaannya, siapakah pencetus malarindu itu?

Ya, tentu saja pencetusnya adalah orang, manusia makhluk ciptaan tuhan yang berhasil membuat hatiku ketar-ketir tak karuan. Sosoknya yang begitu memukau, memikat hati siapa saja yang bercakap-cakap dengannya. Ini bukan masalah tampang, chemistry yang timbul saat membicarakan suatu hal rasanya membuat suasana obrolan menjadi asyik dan hangat.Rasanya selalu ingin bertemu dengannya dan bercakap-cakap dengannya tapi sebagai wanita dewasa, aku harus bisa mengendalikan diri dan perasaan. Tak baik pula jika terlalu menunjukkan bahwa kita ingin sekali selalu dekat dengannya. 

Bahkan Tere-liye dalam sebuah bukunya pernah menulis seperti ini, 

"aku harus menyibukkan diri, membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhaaaaan, berat sekali melakukannya. Karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik."

Namun ternyata aku tak sekejam itu, aku tak mampu membunuh setiap rindu yang merasuk ke dalam diriku. Pada batas tertentu, aku membiarkan dia masuk, menyelami setiap sudut hati dan pikiranku hingga akhirnya dia meledak menyebabkan hati dan pikiranku berjalan tak beriringan. Ingin hati mejebol pertahanan untuk tetap rindu dalam diam, namun otakku memaksa untuk segera mencari obat atas malarindu ini.

Pada akhirnya, jika malarindu ini semakin parah dan tak terkendalikan aku putuskan untuk menghubungi si pencetus malarindu. Rindu itu indah tapi menyiksa dan aku sangat menikmatinya.

Minggu, 17 November 2013

Jodoh part 1

Dalam sebuah buku, seorang penulis mengatakan bahwa “Jodoh itu ditangan tuhan dan selamanya akan ditangan selagi kita tak mengambilnya.” Benarkah itu? Lalu apa yang harus fulan lakukan sementara fulan ini adalah seorang wanita. Apakah dia harus mengutarakan dan mendekati langsung kepada sang pujaan hati?
Idealnya keinginan setiap wanita, pasti inginnya didekati dan wanita itu tinggal memilih pria yang ia suka. Tapi proses menunggu sampai masa memilih itu datang tentu memerlukan kesabaran yang luar biasa. Terkadang ada yang mendekati namun kita merasa kurang cocok dengan pria itu. Dan akhirnya “sendiri” menjadi keputusan terbaik. Sering kali orang mencibir kaku, “janganlah terlalu memilih jadi wanita. Pilih saja yang hampir mendekati kamu suka. Terlalu pilih-pilih nanti jadi perawan tua dan tak laku.” Fulan bukannya pemilih tapi dia hanya ingin menunggu saat yang tepat dipertemukan dengan seseorang yang memang benar-benar pujaan hatinya. Seseorang yang bisa membuatnya nyaman dan memiliki visi hidup yang sama dengannya. Sulit memang mencari seseorang yang memiliki kriteria yang dia inginkan tapi dia percaya pada janji allah bahwa jodoh yang akan dia dapatkan merupakan cerminan dari dirinya. Oleh karena itu dalam “masa menunggu”nya itu fulan tidak hanya sekedar menunggu tetapi juga memantaskan diri untuk mendapatkan pria yang diidamkannya.


Ketika jodoh yang dinginkan tak kunjung datang kegelisahan mulai timbul dan akhirnya bersuudzon kepada sang maha pembolak-balik hati. “kapankah datang jodoh saya ya allah?” Dalam lubuk hati fulan yang paling dalam, dia yakin allah telah merencakannya pertemuannya dengan sang jodoh di waktu dan tempat yang tepat mungkin saat ini hanyalah belum waktunya. Hanya masalah waktu jadi biarlah sang pemilik waktu yang akan menjawab semua keraguan fulan.

Atau mungkin saja kita sudah bertemu dengan orang yang sesuai dengan criteria kita. Misalnya dia baik, soleh, tutur kata yang sopan dan lembut, suka menulis dan membaca buku tapi jika allah belum berkehendak ya apa mau dikata. Kita serahkan saja semuanya pada allah. Tak usah berkecil hati jika saat ini kau masih sendiri karena allah tahu apa yang terbaik untuk umatnya. Janganlah kita berprasangka buruk terhadap ketentuan allah. orang yang sedang dilanda kegeeraan itu biasanya dia akan merangkai kisah yang dia buat sendiri padahal kenyataannya tidak seperti apa yang dia bayangkan. Serahkan semuanya kepada allah, maka hati kita akan terpelihara dan terjaga dari rasa kecewa.

Dalam “dream and pray” penulisnya mengungkapan seperti ini dalam masa penantiannya,
Ya allah aku sangat yakin bahwa janjimu adalah benar., bahwa rencana-Mu lah yang terbaik. Jika dia jodohku, jaga dia dalam kebaikan, dan pertemukan kembali di waktu yang tepat untuk bersatu. Jika dia bukan jodohku, aku yakin kau telah mempersiapkan seseorang yang lebih baik untukku”.

Minggu, 27 Oktober 2013

Karyawan baru


Selamat siang. Selamat datang di dunia industri. Itulah ungkapan yang ingin saya katakan kepada seluruh dunia. Saat ini status saya bukan lagi mahasiswa tetapi karyawan. Menjadi karyawan di sebuah perusahaan jepang merupakan impian saya sejak lama.
Saya sangat bersyukur sekali kepada Allah yang maha kuasa yang telah memberikan kemudahan melalui tangan-tangan-Nya untuk saya. Masih terngiang di benak saya ketika saya menangis pilu karena tidak lulus ujian beasiswa ditambah lagi ujian mental saat mengerjakan skripsi, terutama skripsi. Saya ingat sekali, hampir setiap malam saya tidak bisa tidur  dengan tenang, hati saya gelisah, sering uring-uringan, nyaris seperti orang stress. Seusai shalat saya selalu berdoa semoga ujian ini cepat berakhir. Saya sudah tidak tahan rasanya ingin menyerah. Dosen pembimbing yang galak, judul skripsi yang bikin kelenger, dan batas waktu pengerjaan yang semakin hari semakin berkurang. Di luar beberapa alasan itu, saya ingin uang SPP saya kembali. Dan allah mengabulkan doa saya, semua itu berakhir sejak tanggal 30 Agustus 2013.
Saya sama sekali tidak menyangka bisa ikut ujian sidang saat itu. Bahkan saya merasa kalau skripsi yang saya buat itu benar-benar abstrak terlebih lagi saat saya menjawab pertanyaan dosen penguji terlihat sekali bahwa saya sendiri tidak paham apa tujuan saya menulis skripsi tentang itu. Dari awal saya memang tidak mengerti rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari skripsi yang saya buat. Dan sampai saya akhirnya luluspun, saya tidak bisa menjawab hal itu. Tapi yasudahlah! Itu semua sudah berlalu tak perlu menjadi dibahas lebih jauh lagi.
Lepas dari kisah skripsi. Sekarang saya mulai melanjutkan kembali kisah perjalanan saya selanjutnya. Suatu kisah perjalanan yang baru bagi saya. setelah dinyatakan lulus dan diterima bekerja di sebuah perusahaan jepang.
Sudah sebulan lamanya saya merasakan apa sesuatu yang namanya bekerja. Sebenarnya sampai detik ini saat saya menulispun saya belum 100% bekerja. Status saya di perusahaan masih training di departemen HRD&GA. Dan tahukah kamu rutinitas yang harus jalani saya setiap hari. Begitu flat dan membosankan. Saat ini saya sedang belajar ISO 14001 dan 5S. saya tidak belajar sendiri, ada guru yang mengajari saya.. Namanya pak joko dan pak susanto.jadi bisa dibilang pekerjaan saya setiap hari adalah mengerjar pak joko dan pak susanto. Begitu sibuknya beliau-beliau ini sehingga saya juga harus berperan aktif untuk meminta waktu kepada guru-guru super yang satu ini. Bagaimana tidak dikatakan super, mereka harus mengajari saya yang super lemot ini.Bayangkan saja selama hampir sebulan saya terus-terusan belajar ISO 14001.Tapi Alhamdulillah allah masih memberikan kesempatan saya menjadi penerjemah. Terkadang saya membantu departemen marketing dan QC untuk menerjemahkan.
Diantara jam kerja itu ada waktu dimana saya merasa bersemangat mengerjakannya. Betatpapun saya merasa ngantuk karena kurang tidur, betapapun saya merasa lelah dan bosan dengan rutinitas, semua perasaan seperti itu sirna dalam sekejap dan memunculkan rasa semangat baru yang berkobar-kobar yanga membakar jiwa.
Yaitu belajar bahasa jepang bersama yagihashi san dan Fujii san
 

Jumat, 04 Oktober 2013

LULUS INTERVIEW



Mungkin tulisan ini adalah akhir dari kisah perjalanan saya sebagai fresh graduate karena sekarang saya telah menemukan apa yang saya cari dan saya inginkan. Saat ini saya sudah diterima sebagai interpreter di salah satu perusahaan Jepang di kawasan Jababeka II.
Apa yang saya dapatkan sekarang tidak lepas dari ketegasan dan kebijakan saya dalam mengambil keputusan. Seperti yang telah saya sampaikan di tulisan sebelumnya bahwa ketika mengikuti training call center (CC) saya mendapat telepon untuk mengikuti interview. Karena jadwal training dan interview perusahaan bentrok maka saya harus melepaskan salah satu. Saya lebih rela melepaskan training CC dibanding harus melewatkan kesempatan mengikuti interview sebagai interpreter di perusahaan jepang. Saya mengambil keputusan ini dengan segala konsekuensinya. Maksudnya, lolos interview tentu saja itu yang saya harapkan tapi jika kenyataan berkata lain, misalnya saya tidak lolos maka secara otomatis saya kehilangan keduanya. Tidak hadir dalam tahapan training itu sama artinya dengan mengundurkan diri. Belakangan saya tahu bahwa gaji untuk CC garuda bahasa asing adalah 3 juta. Angka yang cukup lumayan dibandingkan kabar gaji yang kami dengar sebelumnya. Tetapi hal tersebut sama sekali tidak menggoyahkan keputusan saya untuk mengundurkan diri.
Dan hari interview pun tiba. Saya tiba di perusahaan pukul 07.30. Saya datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Petugas satpam memberitahu saya untuk menunggu di kantin dan memberikan lembar formulir yang harus saya isi. Formulir tersebut berisi data-data yang harus saya isi sama persis seperti CV dan beberapa pertanyaan yang sering diajukan saat diinterview, salah satunya, “Berapa gaji yang anda inginkan?” maka saya menuliskan “Rp 4.000.000.
Oh, iya! Pada saat sedang asyik mengisi formulir seseorang menghampiri saya dan berkata, “Mbak, interview juga?” Rupanya yang ikut interview sebagai interpreter tidak hanya saya. Ada juga orang lain namanya Faizal, asal garut. Sedikit bercerita mengenai faizal san. Faizal ini sebelumnya pernah bekerja di perusahaan jepang dan beliau juga pernah ke jepang sebagai kenshuusei. Hanya saja dia bukan lulusan bahasa jepang namun dia pernah mengikuti semacam pelatihan dan kursus bahasa jepang. Salah satu alasan saya menulis gaji 4 juta karena faizal san memberitahu saya bahwa gaji seorang interpreter yang memiliki seritifikat N2 memiliki kisaran gaji sekitar 9-16 juta. WOW, angka yang fantastis! Tapi apakah saya berhak mendapat gaji dengan kisaran angka diatas? Saya rasa belum saatnya. Saya sendiri sadar akan kemampuan bahasa jepang dan saya ini seorang fresh graduate. Itu berarti saya belum memiliki pengetahuan bahasa jepang seperti apa yang digunakan di perusahaan. Niat saya melamar pekerjaan adalah murni untuk mencari pengalaman dan meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Menurut saya gaji besar itu hanyalah masalah waktu. Toh, kalau memang sudah rezekinya tidak akan kemana. Hal yang terpenting yang harus segera saya sadari adalah bekerja sebaik mungkin dan tidak mengeluh atas pekerjaan yang saya dapatkan.
Setelah setengah jam menunggu, nama saya dipanggil untuk interview. Belakangan saya tahu bahwa beliau bernama pak susanto. Interview dengan pak susanto berjalan seperti  interview pada umumnya. Pak susanto menjelaskan bahwa tugas sebagai interpreter tidak hanya menerjemahkan saja tetapi juga ikut terlibat dalam produksi seperti mengurus dokumen dan sejenisnya. Selanjutnya, saya diinterview oleh pak Hendi, beliau ini orang bandung. Beliau menjelaskan bahwa bagian marketing juga membutuhkan interpreter. Ketika mendengar nama marketing maka yang terbayang adalah menawarkan sejumlah produk kepada konsumen. Namun marketing disini adalah marketing business to business. Jadi tugasnya tidak bisa dikatakan sebagai interpreter tetapi lebih ke mengkomunikasikan permintaan via email, telpon, teleconference dari pihak jepang ke seluruh staff yang terkait lalu selanjutnya diadakan meeting.
Dan saya harus kembali menunggu untuk interview selanjutnya karena sang interviewer belum datang. Ini adalah interview terakhir yang harus saya jalani bisa dikatakan sebagai penentu apakah saya diterima di perusahaan ini atau tidak. Setelah beberapa menit pak susanto menyuruh saya untuk menunggu di lobby. Sekitar 5 menit menunggu, pak susanto menyuruh saya untuk masuk ruangan dan disana saya harus menunggu lagi. Disela-sela menunggu saya menyempatkan untuk berlatih bagaimana posisi duduk , bentuk bibir ketika senyum,  dll. Sebelumnya saya telah belajar dari youtube mengenai interview dihadapan orang jepang. Tapi kenyataannya apa yang saya pelajari tidak sama sekali tidak dipakai pada saat interview.
Kemudian seseorang masuk dan tersenyum kepada saya. Inilah interview terakhir yang membuat jantung saya berdetak seperti orang yang lari marathon tapi saya berusaha bersikap tenang dan menyunggingkan senyuman termanis saya. Beliau melihat formulir yang telah saya isi berikut CV yang saya kirimkan via email yang telah dicetak. Lalu beliau meminta saya untuk berbicara mengenai apapun tentang diri saya dalam waktu 3 menit. “Saya ingin mengetahui kemampuan anda” katanya.
Sebenarnya saya agak bingung saya harus bicara apa. Semalam pun saya tidak begitu mempersiapkan interview ini dengan matang. Dengan penuh percaya diri mulai memperkenalkan diri saya dalam bahasa Jepang. Saya berbicara mengenai apapun menyangkut diri saya termasuk pengalaman yang pernah saya alami yang saya rasa bisa menambah poin plus pada jikoshoukai (perkenalan) saya.
Saya menceritakan, dulu ketika kelas 3 SMA ada acara festival kebudayaan jepang yang diadakan oleh dosen dari UPI. Namanya Juju sensei. Di sana ada orang jepang yang bernama Yamamoto dari shizouka. Saya tahu bahasa jepang saya pas-pasan malah bisa dibilang sangat kurang. Tapi saya ingin sekali berbicara dalam bahasa jepang kepada orang jepang. Maka saya memutuskan untuk bertanya kesan yamamoto san tentang subang, “Subang wa dou desuka”. Kemudian dengan ramah, yamamoto san menjawab pertanyaan saya. begitu panjang. Saya tidak mengerti apa yang beliau katakana namun dengan pedenya saya menjawaba “sou desuka”. Padahal saya tidak mengerti apa yang beliau katakan. Yagihashi san tampak antusias mendengar cerita saya bahkan beliau tertawa. Selanjutnya saya bercerita bahwa saya suka belajar investasi. Nah, dari situ obrolan kami semakin mengalir bahkan beliau mengatakan bahwa saya harus bekerja di perusahaan ini, “anda potensial dan smart” dan anda LULUS.
Secepat itukah? Saya kira lulus tidaknya saya akan diberitahukan oleh pihak HRD pada hari berikutnya. Begitu mendengar kata lulus, saya mengucapkan terima kasih berkali-kali. Kemudian saya harus menemui pak susanto kembali untuk membicarakan kontrak kerja berikut gaji dan tunjangannya. Dan pada hari itu juga saya langsung medical check up, yang tentunya dibayar oleh perusahaan.