Apakah anda pernah merasa jenuh
melakukan sesuatu hal, padahal hal tersebut hal yang anda sukai? Ada orang yang
berkata, jika kita melakukan hal yang kita suka maka waktu-waktu yang kita
lewati tidak akan terasa karena kita sangat menikmati prosesnya. Tapi saya rasa
tidak begitu. Menurut saya, sesuka apapun kita sama suatu hal pada titik
tertentu kita akan merasa jenuh dan akhirnya berhenti pada titik tersebut. Saya
sering mengalami hal tersebut. Dan saya sadar itu merupakan hal yang salah
bahkan berakibat fatal.
Betapa tidak, mari kita coba
analogikan dengan sebuah tangga. Seandainya ada lima anak tangga yang harus saya
naiki untuk sampai puncak, maka saya harus melewati tangga satu persatu agar
sampai puncak. Hal yang pertama saya lakukan tentu saja mencari informasi
bagaimana caranya saya bisa sampai puncak? Hambatan apa saja yang akan saya
temui ketika saya menaiki tangga? Apa saja yang saya perlukan? Dengan mengumpulkan
berbagai informasi merupakan modal awal bagi saya.
Mengumpulkan informasi secukupnya
saja tidak usah berlebihan karena dikhawatirkan terlalu banyak informasi yang
saya terima justru membuat saya tidak bergerak. Bukankah hal terpenting yang
harus segera dimulai adalah eksekusi? Informasi dan pengetahuan yang saya
terima akan menjadi sia-sia tanpa sebuah eksekusi.
Untuk melakukan sebuah eksekusi
memerlukan keberanian yang kuat dan dorongan dari orang-orang sekitar meskipun
begitu dorongan dalam diri merupakan hal yang paling kuat dan utama. Ketika
anda sudah berani mulai bergerak maka sebenarnya anda sudah dapat 50% dari
kesuksesan anda.
Dengan penuh kesabaran dan
kehati-hatian melewati anak tangga satu persatu hingga tibalah di anak tangga
yang ketiga. Saya suka melakukan hal ini, saya bersemangat melakukannya. Tapi perasaan
seperti itu perlahan-lahan mulai hilang dan semuanya terasa datar. Apalagi
kesuksesan yang saya harapkan tidak kunjung datang padahal saya sudah bersusah
payah mencapai anak tangga yang ketiga ini. Biasanya dalam kondisi seperti ini
saya menyerah dan turun lagi ke bawah. Terkadang saya merasa tidak mampu dan
saya tidak mungkin mencapai anak tangga lebih dari ini. Anak tangga ketiga ini
merupakan batas maksimal kemampuan saya. dari beberapa kejadian yang saya
alami. Saya adalah tipe instant seperti mie instant pop mie. Saya ingin mie,
masukin air panas ke wada pop mie, tunggu beberapa menit, dan akhirnya pop mie
siap disantap. Itulah scenario yang saya inginkan.
Ketika saya ingin A maka harus
segera menjadi A. Tapi kan dunia tidak sesederhana itu. Itu hanya akan terjadi
di film-film. Dimana tokoh pemainnya ingin menjadi orang sukses, dalam kurun
waktu kurang dari dua jam maka impiannya akan terwujud. Sementara skenario kehidupan
tidaklah seperti itu. Ketika saya ingin A, terkadang jalannya harus memutar. Mungkin
ke B, D dulu baru bisa ke A. Nah, terkadang saya tidak sabar dalam prosesnya. Padahal
kesempatan itu ada di depan mata. Tapi saya keburu merasa lelah dan putus
harapan akhirnya saya menyerah dan tidak melanjutkan perjuangan. Tentu hal ini
sangat disayangkan mengingat saya sudah berada di anak tangga ketiga. Saya yang
memutuskan untuk berhenti membuat saya semakin jauh dengan anak tangga ke lima.
Ketika saya memutuskan untuk berhenti menaiki tangga itu sama artinya saya
menjatuhkan diri untuk kembali ke anak tangga pertama. Mau tidak mau saya harus
mulai dari awal lagi dengan hal yang berbeda atau mungkin juga sama.
Saya mengintrospeksi diri saya.
Apapun hal yang saya lakukan akan berakhir sama jika pola pikir saya masih
seperti itu. Mengeluarkan semua tenaga yang saya miliki di awal perjuangan
tanpa mempertahankannya. Satu hal yang mungkin saya lupakan dan terlambat untuk
menyadarinya yaitu “bertahan”. Saya tahu
bagaimana caranya untuk memulai tapi saya kehilangan petunjuk bagaimana caranya
untuk bertahan. Mungkin itulah pentingnya mentor, mengikuti seminar,
membaca buku motivasi agar semangat kita tidak kendur dan putus. Dengan belajar
dari kesuksesan orang lain melalui pengalamannya maka itu akan membuat kita
menyadari bahwa dia saja untuk sampai di anak tangga yang kelima memerlukan
perjuangan. Jatuh bangun merupakan hal yang lumrah untuk mencapai kesuksesan.
Oleh karena itu, hal yang saya harus
lalukan adalah bersabar. Bersabar dalam prosesnya, menikmatinya dan nanti kan
saya petik hasilnya. Kuncinya adalah
harus sabar dalam proses.