Senin, 24 Juni 2013

Tersenyumlah & Sapalah Orang Lain (DULUAN)

Hari ini  saya memutuskan untuk kembali menulis rutin. Jika nabi kita berpesan, ‘sampaikanlah walau satu ayat’ , maka saya berprinsip menulislah walau satu paragraf. Lho kok tidak ‘menulislah walau satu kata?’ menurut saya ‘satu kata’ itu hanya sebuah kiasan, dan saya lebih suka sesuatu yang lebih kongkret, lebih riil.
  
Kegiatan menulis ini merupakan salah satu dari sebagian rangkaian saya untuk berubah dari kepribadian saya yang dulu. Yang tentu saja ‘GA BANGET’. Mungkin tak ada satupun orang yang mengira bahwa saya ini dulunya pendiam, jarang berbicara, jarang nyapa orang duluan, jarang senyum, minder, rendah diri, saya selalu berpikiran negatif terhadap orang lain tentang saya. 

Perlahan-lahan saya mulai berubah, mulai berani. Sebenarnya keinginan saya tidaklah muluk-muluk hanya ingin diakui eksistensinya ditengah orang-orang, tidak ingin diabaikan, ingin menunjukkan bahwa saya ada ditengah kalian, saya hadir lho. Saya ada duduk disitu. Lalu kenapa saya diabaikan? saya selalu menunggu, ko saya ga ditanya, ko saya ga di sapa. Ternyata letak salahnya bukan di orang lain, tapi di diri saya sendiri, “kenapa saya tidak mulai tersenyum kalo ketemu orang lain? Kenapa tidak mulai menyapa orang lain? Ya jika  ingin suatu kebaikan terjadi dalam diri ya harus mulai melakukannya terhadap orang lain. disini, LAW OF ATTRACTION berlaku. Dimana jika ingin disapa orang lain, maka sapalah orang lain. jika ingin orang lain tersenyum sama kita maka tersenyum lah terlebih dahulu kepada orang lain.
Saya bisa menjamin 100%. Saya yang sekarang bukanlah saya yang dulu. Sekarang saya bisa tersenyum duluan tanpa harus menunggu orang lain tersenyum terlebih dahulu. Saya bisa menyapa orang lain duluan tanpa harus menunggu orang lain menyapa terlebih dahulu.

Saya masih ingat, beberapa minggu yang lalu. saya pernah berkata begini kepada orang yang cenderung tidak terlalu banyak bicara (but he is smart) dan cenderung tiis, “ sebel deh kalo ngobrol sama orang pendiem. Aku nya udah heboh..eh, dianya malah Cuma senyum doang!” lalu dia menjawab, “untuk sebagian yang pendiem, senyum itu udah usaha keras lho”. Mendengar dia menjawab seperti itu saya teringat dan bisa merasakan ‘saya yang dulu’. Saya yang sekarang cenderung banyak bicara ternyata lupa dirinya pernah jadi orang yang pendiem di masa lalu. Tapi, Alhamdulillah ada yang mengingatkan. Dan harus saya akui, apa yang dia katakan itu benar. Saya dulu seperti itu, untuk tersenyum duluan saat bertemu orang lain itu susah, rasanya bibir ini kaku untuk melebar ke samping dan pada akhirnya orang menganggap kalo saya ini jutek. Bahkan bukan satu dua orang saja yang berbicara seperti itu. Seperti sebuah peribahasa, Lain ladang lain belalang, lain dulu lain sekarang. AKU SUDAH BERUBAH! 

Dan sangat bersyukur, meskipun sulit untuk mendobrak tembok yang membatasi saya untuk keluar. Mengalahkan pikiran negative yang terus mengiang ‘saya tidak bisa’. Tapi saya bisa melewati semua itu. Ada dorongan yang kuat dalam diri saya bahwa saya ingin berubah. Sepele mungkin, tapi  bagi sebagian orang yang dulunya pendiem itu butuh usaha yang keras. Sudahkah anda tersenyum dan menyapa orang lain tanpa harus menunggu orang lain tersenyum dan disapa duluan? Ayo jangan menunggu, anda harus mulai melakukannya duluan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar