Hari ini saya memutuskan untuk kembali menulis rutin.
Jika nabi kita berpesan, ‘sampaikanlah walau satu ayat’ , maka saya berprinsip
menulislah walau satu paragraf. Lho kok tidak ‘menulislah walau satu kata?’ menurut
saya ‘satu kata’ itu hanya sebuah kiasan, dan saya lebih suka sesuatu yang
lebih kongkret, lebih riil.
Kegiatan menulis ini merupakan salah satu dari sebagian
rangkaian saya untuk berubah dari kepribadian saya yang dulu. Yang tentu saja
‘GA BANGET’. Mungkin tak ada satupun orang yang mengira bahwa saya ini dulunya
pendiam, jarang berbicara, jarang nyapa orang duluan, jarang senyum, minder,
rendah diri, saya selalu berpikiran negatif terhadap orang lain tentang saya.
Perlahan-lahan saya mulai berubah, mulai berani. Sebenarnya
keinginan saya tidaklah muluk-muluk hanya ingin diakui eksistensinya ditengah
orang-orang, tidak ingin diabaikan, ingin menunjukkan bahwa saya ada ditengah
kalian, saya hadir lho. Saya ada duduk disitu. Lalu kenapa saya diabaikan? saya
selalu menunggu, ko saya ga ditanya, ko saya ga di sapa. Ternyata letak
salahnya bukan di orang lain, tapi di diri saya sendiri, “kenapa saya tidak
mulai tersenyum kalo ketemu orang lain? Kenapa tidak mulai menyapa orang lain?
Ya jika ingin suatu kebaikan terjadi dalam diri ya harus mulai
melakukannya terhadap orang lain. disini, LAW
OF ATTRACTION berlaku. Dimana jika ingin disapa orang lain, maka sapalah orang
lain. jika ingin orang lain tersenyum sama kita maka tersenyum lah terlebih
dahulu kepada orang lain.
Saya bisa menjamin 100%. Saya yang sekarang bukanlah saya
yang dulu. Sekarang saya bisa tersenyum duluan tanpa harus menunggu orang lain
tersenyum terlebih dahulu. Saya bisa menyapa orang lain duluan tanpa harus
menunggu orang lain menyapa terlebih dahulu.
Saya masih ingat, beberapa minggu yang lalu. saya pernah
berkata begini kepada orang yang cenderung tidak terlalu banyak bicara (but he
is smart) dan cenderung tiis, “ sebel deh kalo ngobrol sama orang pendiem. Aku
nya udah heboh..eh, dianya malah Cuma senyum doang!” lalu dia menjawab, “untuk
sebagian yang pendiem, senyum itu udah usaha keras lho”. Mendengar dia menjawab
seperti itu saya teringat dan bisa merasakan ‘saya yang dulu’. Saya yang
sekarang cenderung banyak bicara ternyata lupa dirinya pernah jadi orang yang
pendiem di masa lalu. Tapi, Alhamdulillah ada yang mengingatkan. Dan harus saya
akui, apa yang dia katakan itu benar. Saya dulu seperti itu, untuk tersenyum
duluan saat bertemu orang lain itu susah, rasanya bibir ini kaku untuk melebar
ke samping dan pada akhirnya orang menganggap kalo saya ini jutek. Bahkan bukan
satu dua orang saja yang berbicara seperti itu. Seperti sebuah peribahasa, Lain
ladang lain belalang, lain dulu lain sekarang. AKU SUDAH BERUBAH!
Dan sangat bersyukur, meskipun sulit untuk mendobrak tembok
yang membatasi saya untuk keluar. Mengalahkan pikiran negative yang terus
mengiang ‘saya tidak bisa’. Tapi saya bisa melewati semua itu. Ada dorongan
yang kuat dalam diri saya bahwa saya ingin berubah. Sepele mungkin, tapi
bagi sebagian orang yang dulunya pendiem itu butuh usaha yang keras. Sudahkah
anda tersenyum dan menyapa orang lain tanpa harus menunggu orang lain tersenyum
dan disapa duluan? Ayo jangan menunggu, anda harus mulai melakukannya duluan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar