Jumat, 04 Oktober 2013

LULUS INTERVIEW



Mungkin tulisan ini adalah akhir dari kisah perjalanan saya sebagai fresh graduate karena sekarang saya telah menemukan apa yang saya cari dan saya inginkan. Saat ini saya sudah diterima sebagai interpreter di salah satu perusahaan Jepang di kawasan Jababeka II.
Apa yang saya dapatkan sekarang tidak lepas dari ketegasan dan kebijakan saya dalam mengambil keputusan. Seperti yang telah saya sampaikan di tulisan sebelumnya bahwa ketika mengikuti training call center (CC) saya mendapat telepon untuk mengikuti interview. Karena jadwal training dan interview perusahaan bentrok maka saya harus melepaskan salah satu. Saya lebih rela melepaskan training CC dibanding harus melewatkan kesempatan mengikuti interview sebagai interpreter di perusahaan jepang. Saya mengambil keputusan ini dengan segala konsekuensinya. Maksudnya, lolos interview tentu saja itu yang saya harapkan tapi jika kenyataan berkata lain, misalnya saya tidak lolos maka secara otomatis saya kehilangan keduanya. Tidak hadir dalam tahapan training itu sama artinya dengan mengundurkan diri. Belakangan saya tahu bahwa gaji untuk CC garuda bahasa asing adalah 3 juta. Angka yang cukup lumayan dibandingkan kabar gaji yang kami dengar sebelumnya. Tetapi hal tersebut sama sekali tidak menggoyahkan keputusan saya untuk mengundurkan diri.
Dan hari interview pun tiba. Saya tiba di perusahaan pukul 07.30. Saya datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Petugas satpam memberitahu saya untuk menunggu di kantin dan memberikan lembar formulir yang harus saya isi. Formulir tersebut berisi data-data yang harus saya isi sama persis seperti CV dan beberapa pertanyaan yang sering diajukan saat diinterview, salah satunya, “Berapa gaji yang anda inginkan?” maka saya menuliskan “Rp 4.000.000.
Oh, iya! Pada saat sedang asyik mengisi formulir seseorang menghampiri saya dan berkata, “Mbak, interview juga?” Rupanya yang ikut interview sebagai interpreter tidak hanya saya. Ada juga orang lain namanya Faizal, asal garut. Sedikit bercerita mengenai faizal san. Faizal ini sebelumnya pernah bekerja di perusahaan jepang dan beliau juga pernah ke jepang sebagai kenshuusei. Hanya saja dia bukan lulusan bahasa jepang namun dia pernah mengikuti semacam pelatihan dan kursus bahasa jepang. Salah satu alasan saya menulis gaji 4 juta karena faizal san memberitahu saya bahwa gaji seorang interpreter yang memiliki seritifikat N2 memiliki kisaran gaji sekitar 9-16 juta. WOW, angka yang fantastis! Tapi apakah saya berhak mendapat gaji dengan kisaran angka diatas? Saya rasa belum saatnya. Saya sendiri sadar akan kemampuan bahasa jepang dan saya ini seorang fresh graduate. Itu berarti saya belum memiliki pengetahuan bahasa jepang seperti apa yang digunakan di perusahaan. Niat saya melamar pekerjaan adalah murni untuk mencari pengalaman dan meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Menurut saya gaji besar itu hanyalah masalah waktu. Toh, kalau memang sudah rezekinya tidak akan kemana. Hal yang terpenting yang harus segera saya sadari adalah bekerja sebaik mungkin dan tidak mengeluh atas pekerjaan yang saya dapatkan.
Setelah setengah jam menunggu, nama saya dipanggil untuk interview. Belakangan saya tahu bahwa beliau bernama pak susanto. Interview dengan pak susanto berjalan seperti  interview pada umumnya. Pak susanto menjelaskan bahwa tugas sebagai interpreter tidak hanya menerjemahkan saja tetapi juga ikut terlibat dalam produksi seperti mengurus dokumen dan sejenisnya. Selanjutnya, saya diinterview oleh pak Hendi, beliau ini orang bandung. Beliau menjelaskan bahwa bagian marketing juga membutuhkan interpreter. Ketika mendengar nama marketing maka yang terbayang adalah menawarkan sejumlah produk kepada konsumen. Namun marketing disini adalah marketing business to business. Jadi tugasnya tidak bisa dikatakan sebagai interpreter tetapi lebih ke mengkomunikasikan permintaan via email, telpon, teleconference dari pihak jepang ke seluruh staff yang terkait lalu selanjutnya diadakan meeting.
Dan saya harus kembali menunggu untuk interview selanjutnya karena sang interviewer belum datang. Ini adalah interview terakhir yang harus saya jalani bisa dikatakan sebagai penentu apakah saya diterima di perusahaan ini atau tidak. Setelah beberapa menit pak susanto menyuruh saya untuk menunggu di lobby. Sekitar 5 menit menunggu, pak susanto menyuruh saya untuk masuk ruangan dan disana saya harus menunggu lagi. Disela-sela menunggu saya menyempatkan untuk berlatih bagaimana posisi duduk , bentuk bibir ketika senyum,  dll. Sebelumnya saya telah belajar dari youtube mengenai interview dihadapan orang jepang. Tapi kenyataannya apa yang saya pelajari tidak sama sekali tidak dipakai pada saat interview.
Kemudian seseorang masuk dan tersenyum kepada saya. Inilah interview terakhir yang membuat jantung saya berdetak seperti orang yang lari marathon tapi saya berusaha bersikap tenang dan menyunggingkan senyuman termanis saya. Beliau melihat formulir yang telah saya isi berikut CV yang saya kirimkan via email yang telah dicetak. Lalu beliau meminta saya untuk berbicara mengenai apapun tentang diri saya dalam waktu 3 menit. “Saya ingin mengetahui kemampuan anda” katanya.
Sebenarnya saya agak bingung saya harus bicara apa. Semalam pun saya tidak begitu mempersiapkan interview ini dengan matang. Dengan penuh percaya diri mulai memperkenalkan diri saya dalam bahasa Jepang. Saya berbicara mengenai apapun menyangkut diri saya termasuk pengalaman yang pernah saya alami yang saya rasa bisa menambah poin plus pada jikoshoukai (perkenalan) saya.
Saya menceritakan, dulu ketika kelas 3 SMA ada acara festival kebudayaan jepang yang diadakan oleh dosen dari UPI. Namanya Juju sensei. Di sana ada orang jepang yang bernama Yamamoto dari shizouka. Saya tahu bahasa jepang saya pas-pasan malah bisa dibilang sangat kurang. Tapi saya ingin sekali berbicara dalam bahasa jepang kepada orang jepang. Maka saya memutuskan untuk bertanya kesan yamamoto san tentang subang, “Subang wa dou desuka”. Kemudian dengan ramah, yamamoto san menjawab pertanyaan saya. begitu panjang. Saya tidak mengerti apa yang beliau katakana namun dengan pedenya saya menjawaba “sou desuka”. Padahal saya tidak mengerti apa yang beliau katakan. Yagihashi san tampak antusias mendengar cerita saya bahkan beliau tertawa. Selanjutnya saya bercerita bahwa saya suka belajar investasi. Nah, dari situ obrolan kami semakin mengalir bahkan beliau mengatakan bahwa saya harus bekerja di perusahaan ini, “anda potensial dan smart” dan anda LULUS.
Secepat itukah? Saya kira lulus tidaknya saya akan diberitahukan oleh pihak HRD pada hari berikutnya. Begitu mendengar kata lulus, saya mengucapkan terima kasih berkali-kali. Kemudian saya harus menemui pak susanto kembali untuk membicarakan kontrak kerja berikut gaji dan tunjangannya. Dan pada hari itu juga saya langsung medical check up, yang tentunya dibayar oleh perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar