Jumat, 02 Agustus 2013

Sebuah goresan tinta, buat hati tertawa

             Semenjak menjadi mahasiswa tingkat akhir saya merasa hidupku tak bebas lagi. Waktuku direnggut oleh kesibukan yang tak berujung. Mungkin hanya sibuk, hanya saja saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk sekedar merebahkan tubuh di kasur lalu tak sadarkan diri. Tapi bukan berarti pingsan. Hanya saja saya tidur tanpa mempersiapkan diri untuk tidur atau disebut dengan ketiduran. 
 
Di semester 8 ini saya mengontrak mata kuliah skripsi dan PPL. Kebetulan saya PPL di SMKN 3 bandung, tepatnya di jalan solontongan, buah batu. Lumayan jauh, memakan waktu dan biaya. Tapi apa boleh buat. Itu program kampus. Ah, tapi kali ini saya ingin bercerita soal skripsi. Soal PPL, ada sih yang menarik yang ingin saya ceritakan tapi untuk tulisan kali ini saya ingin bercerita skripsi. 
Dosen pembimbing saya adalah Dr. Dedi Sutedi, M.A,M.Ed , beliau seorang pria yang berumur 50-an dan terkenal tegas terkesan galak. Dan saya adalah salah satu mahasiswa bimbingannya. Di kelas saya hanya saya seorang yang dibimbing oleh beliau. Namun, saya tidak lah kaget mendapat dosen pembimbing skripsi beliau karena dalam salah satu doa saya, saya pernah berharap Lulus N2, pembimbing skripsi dedi sensei, lulus kuliah 4 tahun. Alhamdulillah N2 sudah lulus, skripsi pun dibimbing oleh pa dedi, dan impian saya untuk lulus tepat waktu akan segera terwujud. 
Skripsi saya berjudul “Analisis kontrastif verba yang menyatakan arti memakai dalam bahasa jepang dan bahasa Indonesia”. Coba anda pikir! Ada berapa verba dalam bahasa jepang yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti memakai? jawabannya BANYAK. Namun yang saya pilih sebagai objek penelitan hanya 10, harusnya 13 sih. Entahlah, saya belum memikirkannya lagi. Padahal skripsinya sudah beres. Tapi untuk objek penelitiannya saya masih bingung ambil 10 atau 13. Biarlah sang waktu yang menjawabnya. ^^
Judul awal yang saya ajukan tentu saja bukan ini. Waktu itu saya mengajukan judul dengan objek penelitian shiyou  dan tsukau. Kedua verba tersebut memiliki arti memakai dalam bahasa Indonesia. dan inilah komentar beliau, “ itu sudah umum. Kalau mau kamu teliti semua verba yang memiliki arti memakai dalam bahasa jepang lalu kontraskan ke dalam bahasa Indonesia.” dan TOK..TOK..TOK palu pun di ketuk, SK bimbingan skripsi keluar dengan judul “Analisis kontrastif verba yang menyatakan arti memakai dalam bahasa jepang dan bahasa Indonesia”. Sejak itulah kehidupan saya berubah jadi sering galau gundah gulana. Bagaimana tidak, orang lain objek penelitiannya hanya 2 atau 3 saja sedangkan saya? sekitar 10 verba. Saya merasa ini tidak adil. Saya merasa terdiskriminasi. 
Bimbingan skripsi dengan beliau tidak usah membuat proposal, jadi kita langsung diarahkan untuk membuat bab 2, lanjut ke analisis data. Menurut beliau, rumusan masalah sewaktu-waktu bisa berubah, jadi abaikan dulu saja. Dan saya harus menerjemahkan 13 verba dari 3 kamus yang berbeda, betapa stressnya saya saat itu. Kemudian saya membuat bab 2. Bimbingan di bab 2 lumayan agak lama. Saya bimbingan bab 2 sekitar 3 kali kalau tidak salah. Yang salah itu bukan isinya tapi formatnya, soalnya bab 2 hanya berisi landasan teori dari para ahli. Setelah bimbingan bab 2 yang tak kunjung beres, sensei pun menyuruh saya untuk langsung masuk bab 4 untuk analisis data. Jujur, waktu itu saya bingung, blank, saya harus ngapain di bab 4. Bab 4 itu kan merupakan isi dari jawaban atas rumusan masalah di bab 1. Nah, saya saja tidak tahu rumusan masalahnya apa karena tidak memakai proposal. Saya baru menyadari, tanpa proposal kita tidak tahu arah penelitian skripsi kita mau dibawa kemana dan hasil yang diharapkan seperti apa. Tetapi jika melihat, contoh skripsi sebelumnya mengenai rumusan masalah analisi kontrastif, masalahnya sama yaitu 1. Deskripsi masing-masing verba bahasa jepang dan bahasa Indonesia 2. Kontraskan keduanya agar dapat diketahui persamaan dan perbedaannya. Tapi kembali lagi saya dibuat pusing, OBJEK PENELITIAN SAYA BANYAK.
Hari-hari saya merasa terbebani dengan objek penelitian yang banyak itu. Belum ngerjain apa sudah stress duluan, istilahnya kalah sebelum bertanding. 
Bingung mau cerita apa lagi. soalnya sekarang saya sedang berbahagia, akhirnya saya bisa sidang skripsi bulan ini setelah tadi saya bimbingan dengan pa dedi malah skripsi saya sudah ditanda tangani beliau, “Nih, saya tanda tangan sekarang biar kamu lega”. Padahal sebelumnya saya berpikir kalau beliau akan marah karena saya sering ingkar janji bimbingan skripsi. Misalnya, disuruh bimbingan selasa saya datengnya jumat. Agak malu sih, tapi mau dikapa apa. Skripsi saya belum selesai, kalau belum selesai lalu mau setor apa? 
Beberapa hari kemarin saya seperti mengalami gangguan jiwa. Jiwa saya tidak tenang, selalu resah dan gelisah. Gara-gara skripsi saya yang tidak kunjung mendapat titik terang. Tapi atas rahmat dan karunia-Nya Alhamdulillah. Setelah lebaran saya akan menghadap beliau lagi. untuk menyempurnakan skripsi saya. Malam mini saya bisa tidur dengan tenang dan bangun dengan senyuman. 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar