Kamis, 12 Desember 2013

Malarindu

Seketika rasa rindu itu menyeruak, memadati setiap sudut dan celah hatiku membuat dadaku merasa sesak. Hingga akhirnya rindu itu memuncak, menjalar ke otak dan mendesaknya untuk melakukan sesuatu. Harus ku apakah ketika rindu ini datang bahkan menjajah segenap penjuru hati dan otakku. Seandainya, dia nyamuk akan segera kutepuk denga kedua telapak tanganku atau aku pakai saja oleskan saja lotion anti nyamuk. Bila perlu aku nyalakan obat anti nyamuk semacam baygon dsb agar rasa rindu itu terusir dengan berbagai jurus penolak yang aku pakai.

Sayangnya, rasa rindu itu tidak bisa diusir begitu saja bahkan diriku pun tak kuasa untuk mengusirnya. Aku pikir harus segera menemukan obatnya. satu- satunya obat yang paling mujarab adalah dengan menemukan si pencetus malarindu. Tapi pertanyaannya, siapakah pencetus malarindu itu?

Ya, tentu saja pencetusnya adalah orang, manusia makhluk ciptaan tuhan yang berhasil membuat hatiku ketar-ketir tak karuan. Sosoknya yang begitu memukau, memikat hati siapa saja yang bercakap-cakap dengannya. Ini bukan masalah tampang, chemistry yang timbul saat membicarakan suatu hal rasanya membuat suasana obrolan menjadi asyik dan hangat.Rasanya selalu ingin bertemu dengannya dan bercakap-cakap dengannya tapi sebagai wanita dewasa, aku harus bisa mengendalikan diri dan perasaan. Tak baik pula jika terlalu menunjukkan bahwa kita ingin sekali selalu dekat dengannya. 

Bahkan Tere-liye dalam sebuah bukunya pernah menulis seperti ini, 

"aku harus menyibukkan diri, membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhaaaaan, berat sekali melakukannya. Karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik."

Namun ternyata aku tak sekejam itu, aku tak mampu membunuh setiap rindu yang merasuk ke dalam diriku. Pada batas tertentu, aku membiarkan dia masuk, menyelami setiap sudut hati dan pikiranku hingga akhirnya dia meledak menyebabkan hati dan pikiranku berjalan tak beriringan. Ingin hati mejebol pertahanan untuk tetap rindu dalam diam, namun otakku memaksa untuk segera mencari obat atas malarindu ini.

Pada akhirnya, jika malarindu ini semakin parah dan tak terkendalikan aku putuskan untuk menghubungi si pencetus malarindu. Rindu itu indah tapi menyiksa dan aku sangat menikmatinya.

1 komentar:

  1. sebenarnya berat kalau bicara mengenai kegalauan dan masalah pribadi karena aku sendiri kurang bisa dalam menghadapi itu. tapi kadang membagikan cerita (curhat) bisa
    membuat kita lebih bisa menerima semua. Dan kak xiao cukup bijak dalam memanfaatkan blog ini , menurut saya kalau kak xiao rindu, ya mending langsung saja hubungi orang yang
    membuat rindu, tapi aku bingung dengan kalimat mbak yang saya kutip ini "Rindu itu indah tapi menyiksa dan aku sangat menikmatinya." kok bisa disiksa kok indah dan dinikmati :D
    daripada MALARINDU mengurangi produktifitas mending tetap jaga hubungan dengan orang itu agar tidak terjadi rasa rindu. hehehe semoga bisa membantu

    BalasHapus