Senin, 15 Juli 2013

Belajar dari sesuatu yang tidak sempurna (dimata manusia)

Tanggal 14 juni kemarin saya mengunjungi panti wyataguna yang berada di jalan padjadjaran tepat di depan gor koni padjadjaran bandung. Awalnya saya tidak tahun tempat ini, saya hanya diajak teman kuliah. Dan ternyata itu adalah panti tunanetra yang dibiayai oleh pemerintah (sepertinya oleh Negara) karena di panti ini penghuninya dari berbagai daerah di Indonesia. Alhamdulillah di bulan ramadhan ini saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi tempat seperti ini.
Kedatangan saya ke panti ini tidak hanya berkunjung sebagai tamu yang akan bercengkrama dengan para penghuni dipanti atau mengadakan penelitian tapi kebetulan ada sebuah komunitas yang bernama NGABRING COMMUNITY yang sedang mengadakan acara di tempat ini, kebetulan acaranya diadakan di blok mekar. Blok mekar ini merupakan blok/ruangan khusus tunatetra laki-laki.
Acara dimulai dengan pembukaan, kemudiaan dilanjutkan dengan berkeliling wilayah panti, memang tidak semua tapi setidaknya tahu beberapa ruangan yang ada di panti. Di panti tersebut ada sekolah mulai dari SD sampai SMA, kalau kuliah harus di luar. Guru- guru yang mengajar disana hampir sebagian besar juga tunanetra. Saya tidak berkesempatan untuk melihat proses kegiatan belajar-mengajarnya seperti apa jadi tidak bisa menjelaskan lebih detil. Mereka menulis menggunakan huruf braile, untuk mata pelajaran bahasa seperti inggris dan arab, hanya belajar berdasarkan apa yang mereka dengar saja. Jadi mereka hanya belajar pronounciation  tidak belajar menulis. Selain ada ruangan kelas juga ada ruang makan, tidak jauh berbeda dengan meja dan kursi yang ada dikantin sekolah dimana posisi kursi dan meja dibuat memanjang. Untuk makan sendiri memang harus dimeja makan , tujuannya agar nasi tidak berceceran di lantai. Kemudian di sana juga ada ruang musik, masjid, dll.
Alhamdulillah saya juga berkesempatan untuk berbincang dengan salah satu penghuni disana. Namanya siti, dia juga berasal dari subang tepatnya di cinangsi. Saat itu siti sedang  menulis huruf braile. Entahlah saya tidak mengerti cara membaca huruf braile, karena di atas kertas itu hanya ada titik-titik yang timbul membentuk suatu bentuk tapi bukan huruf abjad alphabet. Lalu saya main ke asrama siti di blok flamboyant, disana ada teman-temannya yang sesama tidak bisa melihat. Saat saya masuk ruangan tersebut, saya merasa terenyuh. Mereka berdua belas hidup bersama tanpa dapat melihat satu sama lain. memang tidak semua penghuni dsitu buta permanen, ada juga yang tipe slow motion  yaitu bisa melihat sedikit hanya saja respon mata untuk menangkap benda  begitu lambat. Ada salah satu penghuni yang memakai kaca saat mengenakan kerudung dan bedak. Itu artinya dia bisa melihat meski tidak ‘se-awas’ mata normal pada umumnya.
Lalu saya juga melihat ada sepasang suami istri tunanetra yang sedang berbincang santai di sore hari didepan teras rumah mereka. Benar ya ternyata cinta itu tidak kenal fisik meskipun mereka tidak bisa melihat satu sama lain tapi mereka bisa merasakan kehadiran cinta hingga membuat mereka bersatu dalam satu ikatan yang disebut pernikahan. Dan sesungguhnya saya pun ingin menikah tapi taktahu dengan siapa. Adakah gerangan yang bersedia menikah dengan gadis yang memiliki banyak kekurangan dan cenderung selalu minder ini? #jadi curhat
Saya juga takjub, ketika berkomunikasi dengan mereka, sungguh tidak ada sedikitpun rasa canggung, gugup, minder dalam diri mereka meski mungkin di mata manusia mereka adalah makhluk ciptaan tuhan yang tidak sempurna secara fisik. Tapi memang di dunia ini tidak ada makhluk yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah miliki yang maha  ESA. Melihat rasa percaya diri mereka, saya teringat beberapa hari yang lalu tepatnya hari jumat, saya merasa ingin mati saja gara-gara skripsi yang entah kapan selesainya. Pikiran dan hati saya begitu galau, resah dan gelisah. Untung saat itu saya sedang halangan jadi tidak puasa. Saya merasa pada hari tersebut hati saya sangat kacau DUAARRR..kemudian teman menyarakan saya untuk membaca surat Muhammad ayat 7 yang artinya ‘wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkanmu.’ Entah kenapa setelah membaca ayat tersebut beberapa kali hati saya menjadi sedikit tenang dan akhirnya saya bisa tidur nyenyak. Alhamdulillah.
Kunjungan ke panti wyataguna ini membuat saya sadar betapa tidak bersyukurnya saya selama ini, begitu luar biasanya fisik sempurna yang allah berikan kepada saya. saya bisa berjalan, mendengar, melihat, mengetik catatan ini dan subhanallah semuanya tidak bisa sebutkan semua satu-satu disini. Selama ini mungkin kita terlalu focus pada kekurangan yang ada dalam diri kita sehingga kita lupa bersyukur dan sibuk menjadi sosok yang sempurna yang sebenarnya sampai kapanpun kesempurnaan itu hanyalah fana sehingga mengabaikan kelebihan yang kita miliki untuk disyukuri.
Alhamdulillah hari ini pun saya belajar dari orang-orang yang memiliki keistimewaan seperti mereka. Kenapa istimewa? Seandainya saya seperti mereka mungkin saya sudah minder, merasa kalau mati itu lebih baik, tidak ingin berbicara dengan orang lain, ingin menutup diri karena malu berbeda dengan orang lain. tetapi mereka berdiri tegar, kuat dan tersenyum menghadapi ujian yang sangat berat ini. Karena sesungguhnya allah tidak akan memberi ujian melebihi kemampuan umatnya. Jika sang pemilik memberi kita penyakit maka kita harus percaya bahwa beliau sudah menyediakan obat yang mujarab terbaik untuk kita. Subhanallah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar