Sore itu sepasang suami istri sedang berbincang mesra di
depan teras rumah. Tersenyum tanpa saling berpandangan. Terkadang saling
bertatap muka tapi bola matanya tak saling bertemu. Meskipun pandangan mata
entah kemana, tapi tak mengurangi kesan romantis di kala sore itu, menjelang
magrib.
Dalam lubuk hatinya, saya yakin mereka ingin melihat, menatap
lekat dalam-dalam wajah pasangan yang ada di hadapannya. Tapi apa daya, allah
tak menghendakinya. Mereka adalah sepasang suami istri yang tunanetra
dipersatukan dalam sebuah ikatan resmi yaitu ikatan pernikahan.
Melihat dua sejoli itu, aku berdiri mematung, merasa iri.
Ingin rasanya segera memiliki pendamping yang selalu ada saat suka dan duka.
Ah, tapi masih beberapa tahun lagi. usia saya masih 22 tahun, masih terlalu
muda jika harus memutuskan menikah. Terlebih lagi, calonnya saja belum ada.
Mungkin itu hal yang paling menyedihkan. Tapi saya tidak berkecil hati, saya
yakin jodoh saya telah dipersiapkan oleh-Nya dan akan dipertemukan pada saatnya
nanti.
Hal yang ingin segera saya wujudkan adalah segera bekerja
untuk mendapatkan uang. Lalu saya akan belajar bagaimana cara mengelola uang.
Sebagai seorang wanita dan calon istri, tentunya saya harus cerdas dalam hal
mengelola uang. Saya tidak akan membiarkan uang saya berdiam diri di tabungan
dan pada akhirnya tergerus inflasi maka sia-sia lah perjuangan saya untuk
mengumpulkan uang. Lalu akan dikemanakan kah uang nya? Tentu saja untuk sedekah
dan investasi. Dari beberapa buku yang saya baca, penulisnya selalu
berulang-ulang mengatakan ‘manfaat sedekah’ dalam bukunya. Ya, sepertinya
sedekah merupakan investasi yang terbaik karena janji allah adalah jaminannya.
Untuk investasi sendiri, saya tertarik untuk investasi di emas dan reksadana.
Tadinya saya ingin investasi saham tapi kemampuan dan pengetahuan saya belum
cukup untuk memasuki dunia itu. Jadi untuk sementara saya putuskan untuk masuk
reksadana saja dulu. Apakah saya ini sedang melantur? Atau sedang tidur sambil
berjalan? Skripsi saja belum selesai apalagi kerja cari uang. But it’s not
problem. Hidup itu kan harus direncanakan, meski dalam implementasinya tidak
sesuai rencana setidaknya sudah ada planning ke depan. Ditengah perjalanan
rencana bisa berubah kapan saja oleh karena itu perlu plan A, plan B, dan
sebagainya.
Menikah itu bukan perkara mudah tapi juga tidak rumit. Hanya
saja perlu mempersiapkan diri dan mental selain finansial guna menghadapi
kehidupan paska menikah. Lho? Ini kok endingnya jadi ke masalah finansial ya.
=.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar